Tuhan bolehkah aku bercerita?
Cerita ini terlalu berat untukku simpan sendiri, terlalu emosional untuk kunikmati air mata ini sendiri.
Tuhan maukah kau ikut merasakan air mataku? Aku tau Kau pasti sudah lebih dulu memelukku saat kau hendak menuliskan cerita ini untukku.
Tapi Tuhan sekali ini ingin kuceritakan lagi menurut versiku dan air mataku.
Tuhan, terkadang aku ingin bertanya yakinkah Engkau menulis cerita ini untuk aku? Atau aku terlalu egois untuk menolak ceritaMu tentang hidupku?
Aku merasa berat melakukan skenario ini, sampai rasanya aku ingin menyerah Tuhan. Aku sering berharap Tuhan kapankah ceritamu ini berakhir?
Ending seperti apa yang kau perbuat?
Mengapa Engkau terlalu membuat banyak konflik dalam cerita tentang hidupku ini?
Apa aku harus membuat jalan penyelesaiannya sendiri atau menurut saja dengan alurMu?
Menurut, ya aku tau itu jawaban yang paling tepat.
Dari semula aku ini ada, aku yakin Kau sudah menyiapkannya.
Bagaimana nanti aku dibentuk, Engkau sudah merencanakannya.
Tuhan, ini titik jenuhku.
Ini adalah jurang terdalam yang kurasakan.
Mengapa waktu terus berjalan sedangkan kebahagian terasa sebentar dan semu?
Tuhan jangan biarkan aku menulis ceritaku sendiri.. Jangan.
Aku terus percaya ceritaMu adalah yang terbaik.
Skenariomu akan berakhir indah.
Tuhan, lancangkah aku ini?
Darimana Engkau mendapat ide untuk semua cerita yang luar biasa ini?
Dan apakah ide masalah ini semuanya terselesaikan dengan baik?
Dapat bagian yang manakah aku ini Tuhan?
Aku berharap, bagian terbaiklah yang Kau berikan untukku.
Aku menikmati semua ceritaMu atasku.
Aku mensyukuri para pemeran yang bermain diatas kertas hidupku.
Namun aku tidak bisa tertawa atas apa yang mereka perbuat untuk hidupku.
Seakan mereka menoreh banyak tulisan tidak senonoh yang pantas dibaca olehMu kembali.
Atau Tuhan, akankah pada saatnya nanti Engkau memberiku lembar kosong untuk menulis ceritaku menurut versiku?
Aku tidak tau.
Air mata ini hampir habis Tuhan,
Sudah tidak sesakit tadi yang kurasakan
Tidak segetir saat pertama air mata ini keluar dari mataku
Kau merasakannya juga kan?
Sakit.
Tapi belum berakhir.
Tambahkan saja Tuhan,
Beri satu sifat untukku sebagai kunci agar bisa kuselesaikan ceritamu.
Pemaaf.
Hanya itu Tuhan, dan cerita ini akan semakin indah.
Air mataku sudah habis...
Rupanya Kau juga memberikan batasan akan kesedihan
Tanpa itu, bayangkan kertas hidupku hanya penuh tetesan air mata
Tuhan, sepertinya aku tidak sanggup menceritakan bagaimana detailnya sehingga aku merasa seterpuruk ini.
Namun aku tau air mataku sudah menceritakannya terlebih dahulu karna Engkau ikut merasakannya.
Maafkan aku Tuhan, saat kuragukan ceritamu dan saat ingin kubuat titik besar dikalimat ini.
Atau saat ingin kurobek sebagian kertas dalam ceritaMu yang belum sempat kubaca.
Aku berjanji akan terus berjuang dan menyelesaikan ceritaMu seperti karyaMu Tuhan.
Tidak ada titik lagi yang ingin kubuat untuk mengakhirinya.
Karna kutau setiap cerita hidupku sudah kau pikirkan dengan baik.
Tuhan terimakasih. -mth
Cerita ini terlalu berat untukku simpan sendiri, terlalu emosional untuk kunikmati air mata ini sendiri.
Tuhan maukah kau ikut merasakan air mataku? Aku tau Kau pasti sudah lebih dulu memelukku saat kau hendak menuliskan cerita ini untukku.
Tapi Tuhan sekali ini ingin kuceritakan lagi menurut versiku dan air mataku.
Tuhan, terkadang aku ingin bertanya yakinkah Engkau menulis cerita ini untuk aku? Atau aku terlalu egois untuk menolak ceritaMu tentang hidupku?
Aku merasa berat melakukan skenario ini, sampai rasanya aku ingin menyerah Tuhan. Aku sering berharap Tuhan kapankah ceritamu ini berakhir?
Ending seperti apa yang kau perbuat?
Mengapa Engkau terlalu membuat banyak konflik dalam cerita tentang hidupku ini?
Apa aku harus membuat jalan penyelesaiannya sendiri atau menurut saja dengan alurMu?
Menurut, ya aku tau itu jawaban yang paling tepat.
Dari semula aku ini ada, aku yakin Kau sudah menyiapkannya.
Bagaimana nanti aku dibentuk, Engkau sudah merencanakannya.
Tuhan, ini titik jenuhku.
Ini adalah jurang terdalam yang kurasakan.
Mengapa waktu terus berjalan sedangkan kebahagian terasa sebentar dan semu?
Tuhan jangan biarkan aku menulis ceritaku sendiri.. Jangan.
Aku terus percaya ceritaMu adalah yang terbaik.
Skenariomu akan berakhir indah.
Tuhan, lancangkah aku ini?
Darimana Engkau mendapat ide untuk semua cerita yang luar biasa ini?
Dan apakah ide masalah ini semuanya terselesaikan dengan baik?
Dapat bagian yang manakah aku ini Tuhan?
Aku berharap, bagian terbaiklah yang Kau berikan untukku.
Aku menikmati semua ceritaMu atasku.
Aku mensyukuri para pemeran yang bermain diatas kertas hidupku.
Namun aku tidak bisa tertawa atas apa yang mereka perbuat untuk hidupku.
Seakan mereka menoreh banyak tulisan tidak senonoh yang pantas dibaca olehMu kembali.
Atau Tuhan, akankah pada saatnya nanti Engkau memberiku lembar kosong untuk menulis ceritaku menurut versiku?
Aku tidak tau.
Air mata ini hampir habis Tuhan,
Sudah tidak sesakit tadi yang kurasakan
Tidak segetir saat pertama air mata ini keluar dari mataku
Kau merasakannya juga kan?
Sakit.
Tapi belum berakhir.
Tambahkan saja Tuhan,
Beri satu sifat untukku sebagai kunci agar bisa kuselesaikan ceritamu.
Pemaaf.
Hanya itu Tuhan, dan cerita ini akan semakin indah.
Air mataku sudah habis...
Rupanya Kau juga memberikan batasan akan kesedihan
Tanpa itu, bayangkan kertas hidupku hanya penuh tetesan air mata
Tuhan, sepertinya aku tidak sanggup menceritakan bagaimana detailnya sehingga aku merasa seterpuruk ini.
Namun aku tau air mataku sudah menceritakannya terlebih dahulu karna Engkau ikut merasakannya.
Maafkan aku Tuhan, saat kuragukan ceritamu dan saat ingin kubuat titik besar dikalimat ini.
Atau saat ingin kurobek sebagian kertas dalam ceritaMu yang belum sempat kubaca.
Aku berjanji akan terus berjuang dan menyelesaikan ceritaMu seperti karyaMu Tuhan.
Tidak ada titik lagi yang ingin kubuat untuk mengakhirinya.
Karna kutau setiap cerita hidupku sudah kau pikirkan dengan baik.
Tuhan terimakasih. -mth