“Kalau sampai saat ini aku masih mencintaimu apakah masih ada harapan
untukku? Apakah suatu saat nanti aku bisa mendapatkanmu? Atau haruskah aku
berhenti karena memang tidak ada kesempatan lagi?”
Masa
lalu memang ada untuk dikenang, tapi tidak sepenuhnya masa lalu untuk dikenang.
Kalau memang itu menyakitkan ambilah saja yang bisa kamu pelajari dan buanglah
itu dari angan-angan kamu. Majulah dan mulai melangkahlah. Jangan takut dengan jalan yang sudah tidak
lagi halus, yakin kamu bisa. Jangan pernah malu dengan masa lalu, seperti kamu
selalu yakin dengan masa depanmu. Jangan kamu rasa masa lalu dengan penuh
penantian adalah hal yang buruk. Tidak. Justru dengan masa lalu itu kamu
menjadi kuat.
Kamu menjadi
mengerti apa yang disebut dengan cinta dan kasih sayang yang tulus itu. Mencintai
dengan penuh kasih, kesabaran, murah hati. Cinta dari dalam hati yang tulus
diberikan kepada seseorang dan cinta yang tidak memegahkan diri. Cinta yang
tidak mengenal kesombongan dan tindakan yang tidak sopan. Cinta yang tidak
mencari keuntungan sendiri, cinta yang selalu pengertian akan segala persoalan
yang dialami. Cinta yang tidak pernah mempermasalahkan kekurangan orang lain
dan cinta yang selalu ikut bergembira dalam kebenaran. Cinta yang bisa menerima
segala sesuatu, percaya akan sesuatu, dan mengharapkan sesuatu. Cinta yang
sepenuh hati menunggu semuanya dan berharap penuh keajaiban. Dan cinta yang
tidak berkesudahan.
Aku
bukan masa lalunya, aku tidak pernah terlibat apapun dalam tiap detail jalan
kehidupannya. Bahkan mungkin aku tidak pernah ada dalam memori ingatannya. Tapi
sayangnya aku selalu menyertakan dia dalam setiap hidupku. Sudah sejak lama
memang, tanpa harapan tapi dengan ikhlas aku menaruh sosoknya dalam hati. Tersimpan,
rapi. Entah mengapa aku tidak pernah menyesali hal itu. Justru aku merasa
senang atau lebih tepatnya aku merasa benar-benar menjadi wanita yang kuat dan
hebat. Memendam perasaan bukanlah hal yang mudah bagi setiap manusia, tapi aku
merasakan suka duka itu. Aku sering merasakan sakit karena memendamnya, aku
bahkan sering menangis tiap malam. Meskipun sampai saat ini aku tidak yakin
apakah semua akan terbalas. Bahkan aku tidak yakin apakah dia akan mengerti
semua ini. Jika jawabannya “tidak” aku mengerti. Meski tidak ikhlas menerima
kenyataan yang mungkin menyakitkan, tapi jika itu keputusannya aku tau.
Memendam
sebuah perasaan yang berawal dari ketertarikan hingga menjadi sayang
membutuhkan proses yang panjang. Entah apa yang diharapkan dari itu, mungkin
balasan? Memandangnya seakan dia sangat sempurna dibalik banyak kekurangannya,
memperhatikan secara detail tiap kebiasaannya yang akan menjadi indah dimatamu.
Kebiasaan yang membosankan memang, tapi merasakan jantung yang duakali lebin
cepat berdetak didadamu adalah sensasi yang luar biasa. Mata mungkin tidak akan
berhenti mencuri pandang darinya walaupun badanmu akan mati gaya. Sebuah perasaan
yang menyimpan banyak emosi.
Aku
mencintainya, bahkan sekarang aku sedang menyayanginya. Entah apa semua
definisi tentang cinta aku merasakan untuknya. Memang ada dari bagian kecilku
yang menginginkan untuk berhenti melakukan semua tindakan gila ini, tapi aku
ingin membiarkan diriku terlarut dalam kerasnya emosi. Aku merelakan bila dia
harus tergila-gila dengan kisah cintanya sendiri. Tapi yang aku tau, aku selalu
senang melihatnya bahagia. Aku selalu senang melihat senyumnya, tawanya,
candanya. Aku senang saat melihat matanya berkerut dan menjadi satu garis saat
dia tertawa. Sudah kubilang aku menyukai semua bagian dari dirinya. Termasuk hatinya
yang selalu tersedia untuk orang lain.
Sampai
pada suatu hari aku menyadari mungkin kesempatan dalam harapanku itu kini sudah
tidak ada lagi. Sampai kenyataan sebenarnya mengharuskan aku berhenti untuk
mengharapkannya, mencintainya, menyayanginya. Sampai kebenaran memaksa aku
menerima kepahitan yang sungguh rasanya sangat pahit jika diresapi. Tapi sungguh,
kenyataan dan kebenaran yang ada sama sekali tidak mengubah semua yang ada
dalam diriku. Hanya satu yang berubah. Harapanku yang bernyala-nyala telah
diganti dengan rasa ikhlas. Yah, memang aku harus ikhlas dengan semua ini. Toh selama
aku menyadari bahwa aku menyayanginya, aku tahu bahwa suatu saat nanti entah
kapan hal itu akan terjadi. Dan sekarang ini. Terjadi bahwa cinta itu tidak
selamanya berjalan indah. Cinta akan mengalami kenangan pahit. Mencintai tanpa
dicintai, cinta bertepuk sebelah tangan. Itulah. Mungkin menyadari dia sama
sekali tidak mengetahui perasaan kita adalah sesuatu hal yang membuat kita
sedikit lega karena kita tidak perlu merasa bersalah karena menyayanginya, kita
tidak perlu merasa bersalah karena mengusik kehidupannya secara diam-diam. Aku
memang sempurna dalam hal memendam perasaan, tapi aku buruk dalam mengungkapkan
perasaan yang ada disini. Dihatiku.
Jika
kesempatan ini sudah habis, apa yang bisa aku lakukan? Aku tidak mungkin
mengemis kepadanya. Aku tidak mungkin mengungkapkan ini semua kepadanya. Aku masih
berani, aku masih kuat untuk memendam ini. Hanya saja aku takut, aku takut jika
sampai saatnya nanti tidak ada kesempatan lagi untuk aku mengungkapkan
semuanya. Untuk aku berkata kepadanya apa yang aku rasakan sejak dulu sampai
sekarang. Apa yang selalu aku pikirkan tentangnya. Seberapa besar rasa sayangku
padanya. Aku takut itu tidak akan terjadi. Bahkan hanya untuk mengatakan saja
aku terlalu takut. Aku berani mencintainya, aku berani mengharapkannya dalam
diam.
Sudah
aku merasa sudah cukup. Tapi kalau memang ada kesempatan dan kebenarian untukku
bertanya kepadanya. Aku hanya ingin dia menjawab pertanyaanku ini. Kalau sampai
saat ini aku masih mencintaimu apakah masih ada harapan untukku? Apakah suatu
saat nanti aku bisa mendapatkanmu? Atau haruskah aku berhenti karena memang
tidak ada kesempatan lagi? -mth