Visitors

Sabtu, 17 Agustus 2013

YOU..


“Kalau sampai saat ini aku masih mencintaimu apakah masih ada harapan untukku? Apakah suatu saat nanti aku bisa mendapatkanmu? Atau haruskah aku berhenti karena memang tidak ada kesempatan lagi?”

                Masa lalu memang ada untuk dikenang, tapi tidak sepenuhnya masa lalu untuk dikenang. Kalau memang itu menyakitkan ambilah saja yang bisa kamu pelajari dan buanglah itu dari angan-angan kamu. Majulah dan mulai melangkahlah.  Jangan takut dengan jalan yang sudah tidak lagi halus, yakin kamu bisa. Jangan pernah malu dengan masa lalu, seperti kamu selalu yakin dengan masa depanmu. Jangan kamu rasa masa lalu dengan penuh penantian adalah hal yang buruk. Tidak. Justru dengan masa lalu itu kamu menjadi kuat.
Kamu menjadi mengerti apa yang disebut dengan cinta dan kasih sayang yang tulus itu. Mencintai dengan penuh kasih, kesabaran, murah hati. Cinta dari dalam hati yang tulus diberikan kepada seseorang dan cinta yang tidak memegahkan diri. Cinta yang tidak mengenal kesombongan dan tindakan yang tidak sopan. Cinta yang tidak mencari keuntungan sendiri, cinta yang selalu pengertian akan segala persoalan yang dialami. Cinta yang tidak pernah mempermasalahkan kekurangan orang lain dan cinta yang selalu ikut bergembira dalam kebenaran. Cinta yang bisa menerima segala sesuatu, percaya akan sesuatu, dan mengharapkan sesuatu. Cinta yang sepenuh hati menunggu semuanya dan berharap penuh keajaiban. Dan cinta yang tidak berkesudahan.
                Aku bukan masa lalunya, aku tidak pernah terlibat apapun dalam tiap detail jalan kehidupannya. Bahkan mungkin aku tidak pernah ada dalam memori ingatannya. Tapi sayangnya aku selalu menyertakan dia dalam setiap hidupku. Sudah sejak lama memang, tanpa harapan tapi dengan ikhlas aku menaruh sosoknya dalam hati. Tersimpan, rapi. Entah mengapa aku tidak pernah menyesali hal itu. Justru aku merasa senang atau lebih tepatnya aku merasa benar-benar menjadi wanita yang kuat dan hebat. Memendam perasaan bukanlah hal yang mudah bagi setiap manusia, tapi aku merasakan suka duka itu. Aku sering merasakan sakit karena memendamnya, aku bahkan sering menangis tiap malam. Meskipun sampai saat ini aku tidak yakin apakah semua akan terbalas. Bahkan aku tidak yakin apakah dia akan mengerti semua ini. Jika jawabannya “tidak” aku mengerti. Meski tidak ikhlas menerima kenyataan yang mungkin menyakitkan, tapi jika itu keputusannya aku tau.
                Memendam sebuah perasaan yang berawal dari ketertarikan hingga menjadi sayang membutuhkan proses yang panjang. Entah apa yang diharapkan dari itu, mungkin balasan? Memandangnya seakan dia sangat sempurna dibalik banyak kekurangannya, memperhatikan secara detail tiap kebiasaannya yang akan menjadi indah dimatamu. Kebiasaan yang membosankan memang, tapi merasakan jantung yang duakali lebin cepat berdetak didadamu adalah sensasi yang luar biasa. Mata mungkin tidak akan berhenti mencuri pandang darinya walaupun badanmu akan mati gaya. Sebuah perasaan yang menyimpan banyak emosi.
                Aku mencintainya, bahkan sekarang aku sedang menyayanginya. Entah apa semua definisi tentang cinta aku merasakan untuknya. Memang ada dari bagian kecilku yang menginginkan untuk berhenti melakukan semua tindakan gila ini, tapi aku ingin membiarkan diriku terlarut dalam kerasnya emosi. Aku merelakan bila dia harus tergila-gila dengan kisah cintanya sendiri. Tapi yang aku tau, aku selalu senang melihatnya bahagia. Aku selalu senang melihat senyumnya, tawanya, candanya. Aku senang saat melihat matanya berkerut dan menjadi satu garis saat dia tertawa. Sudah kubilang aku menyukai semua bagian dari dirinya. Termasuk hatinya yang selalu tersedia untuk orang lain.
                Sampai pada suatu hari aku menyadari mungkin kesempatan dalam harapanku itu kini sudah tidak ada lagi. Sampai kenyataan sebenarnya mengharuskan aku berhenti untuk mengharapkannya, mencintainya, menyayanginya. Sampai kebenaran memaksa aku menerima kepahitan yang sungguh rasanya sangat pahit jika diresapi. Tapi sungguh, kenyataan dan kebenaran yang ada sama sekali tidak mengubah semua yang ada dalam diriku. Hanya satu yang berubah. Harapanku yang bernyala-nyala telah diganti dengan rasa ikhlas. Yah, memang aku harus ikhlas dengan semua ini. Toh selama aku menyadari bahwa aku menyayanginya, aku tahu bahwa suatu saat nanti entah kapan hal itu akan terjadi. Dan sekarang ini. Terjadi bahwa cinta itu tidak selamanya berjalan indah. Cinta akan mengalami kenangan pahit. Mencintai tanpa dicintai, cinta bertepuk sebelah tangan. Itulah. Mungkin menyadari dia sama sekali tidak mengetahui perasaan kita adalah sesuatu hal yang membuat kita sedikit lega karena kita tidak perlu merasa bersalah karena menyayanginya, kita tidak perlu merasa bersalah karena mengusik kehidupannya secara diam-diam. Aku memang sempurna dalam hal memendam perasaan, tapi aku buruk dalam mengungkapkan perasaan yang ada disini. Dihatiku.
                Jika kesempatan ini sudah habis, apa yang bisa aku lakukan? Aku tidak mungkin mengemis kepadanya. Aku tidak mungkin mengungkapkan ini semua kepadanya. Aku masih berani, aku masih kuat untuk memendam ini. Hanya saja aku takut, aku takut jika sampai saatnya nanti tidak ada kesempatan lagi untuk aku mengungkapkan semuanya. Untuk aku berkata kepadanya apa yang aku rasakan sejak dulu sampai sekarang. Apa yang selalu aku pikirkan tentangnya. Seberapa besar rasa sayangku padanya. Aku takut itu tidak akan terjadi. Bahkan hanya untuk mengatakan saja aku terlalu takut. Aku berani mencintainya, aku berani mengharapkannya dalam diam.
                Sudah aku merasa sudah cukup. Tapi kalau memang ada kesempatan dan kebenarian untukku bertanya kepadanya. Aku hanya ingin dia menjawab pertanyaanku ini. Kalau sampai saat ini aku masih mencintaimu apakah masih ada harapan untukku? Apakah suatu saat nanti aku bisa mendapatkanmu? Atau haruskah aku berhenti karena memang tidak ada kesempatan lagi? -mth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar