Aku tidak tahu
mengapa sampai saat ini
pun jawaban yang
aku harapkan masih juga belum
ada. Aku juga tidak tahu pengorbanan yang aku berikan mengapa seperti tidak ada artinya? Tapi aku
juga tidak mengerti mengapa ditengah kekacauan ini harapanku
masih saja berusaha tumbuh. Ya harapan ini
berusaha menggapai sebuah
makna yang ingin digapai
dari seseorang yang memberinya
pupuk untuk terus tumbuh.
Jika ada seseorang
yang
bertanya kepadaku, “Mengapa kamu terus saja mencarinya?
Menyayanginya?”
Aku jamin sampai
saat inipun aku tidak mengerti jawabannya. Aku
sudah
berusaha untuk tidak lagi menyimpan
perasaan
ini. Tapi entah, hal
itu merupakan
hal yang sebaiknya
tabu untukku. Aku tahu bahwa mencintainya itu
adalah
perasaan yang akan hancur, sakit tapi
aku menikmati ini semua.
Aku menerima kesakitan ini, dan bahkan aku tidak ingin berhenti untuk terus
menyayanginya.
Oh aku tahu, saat menulis ini
aku sedang gila. Entah kenapa seperti perasaan yang
sudah kupendam selama bertahun-tahun ingin
kukeluarkan saat ini.
Seperti euforia pesta dadakan yang
merupakan kehausan masyarakat pekerja keras. Entah yang sampai
saat
ini aku inginkan hanyalah
aku ingin dia tahu. Tidak mudah mencintai seseorang selama ini.
Aku tau dia mampu merasakan hal
yang
sama seperti yang aku
rasakan. Karena akupun tahu dia juga memiliki perasaan
yang
sama
kepada orang
lain, orang yang aku tahu mampu mewarnai
hari-harinya.
Apakah
aku salah jika aku memilih bertahan? Jikalau
perasaan ini akan
mendapat kepastian aku janji aku mampu melewati ini meski seumur hidupku. Tapi, jika aku mengharapkan sesuatu yang tidak ada titik kepastian, apakah yang aku harapkan? Mencintaimu bukanlah sebuah
kesalahan
untuk diriku, walau itu
adalah
sebuah kesalahan untukmu
yang aku cintai.
Hei
kamu, kamu
bukanlah orang
jahat yang telah menyita hatiku bertahun-tahun ini. Tapi
aku dengan senang hati memberikan
perasaan ini yang
dibalas maupun
tidak. Akupun juga tidak
tahu mengapa cerita itu terus saja bersambung
bahkan setelah
aku berusaha menghentikannya. Ya, karna aku mau
itu.
“Menurutmu, apakah
sebaiknya aku menghentikan perasaan ini
dan memberikannya untuk
diriku sendiri, ataukah
aku kau ijinkan untuk meneruskan
perasaan ini hingga esok?”
Malaikat kecilku. -mth