Visitors

Senin, 22 Januari 2018

Rinduku, Bintang

Sebenarnya apakah yang kita permasalahkan?
Jarak?
Waktu?
Hati?
Atau
Kesempatan?
Masih mencuat tanya dibenakku apa gerangan yang menyekat jarak begitu jauh antara aku dan kamu. Memang kenyataannya saat ini aku dan kamu tidaklah rapuh dengan kata rindu. Waktu dimana aku merindukan kamu, bukanlah waktu tepatmu untuk mengingat-ingat semua tentang aku.
Begitu jauhkah kamu sekarang?
Hingga kini kamu dimataku, sudah bukan menjadi kamu yang dulu. Sebegitu cepatnya kah perubahan yang kamu lakukan tanpa sepengetahuanku? Tanpa menunggu siapku?
Punyakah kamu sedikit saja jawaban akan cercaan tanyaku?
Yang selalu kini kau tepis dengan ungkapan jengah akan dulu yang menjadi rutinitas kesukaan aku dan kamu.
Kita?
Begitu kokoh kini kamu membentengi deburan rinduku yang pelan mengkikis pantaimu. Kamu tutup telingamu dari seruan rasaku.
Dan kini kamu mengabaikan aku.
Aku ingin menatap matamu, kembali tenggelam dalam gelapnya pesona yang kau ciptakan disela ruang waktu sebentar milik kita. Tapi mata itu kini tertutup, kering tanpa air mata yang berbeda dengan mataku yang mulai sayu dan sembab.
Kamu menepiskan aku.
Menepiskan segala rasa yang tercipta didalam hatiku karena lakumu. Membuang aku setelah kau dekap erat hingga kurasa aku tidak memiliki pegangan lagi untuk bersandar.
Ketika aku rindu seperti ini.
Aku hanya ingin mengingatmu dengan rasaku. Ketika kuijinkan setiap pisau kembali menoreh luka lama yang kamu ciptakan kemarin, luka itu semakin besar menganga dan membusuk.
Aku tidak bermaksud memaksamu untuk mengetahui rinduku atau rasaku.
Tapi rindu ini sakit jika kau terus membalas dengan kembali membuka luka yang dulu kujahit rapat dengan susah payah.
Rinduku payah, tidak sekuat kamu dalam menolaknya.
Bahkan tidak sehebat kamu dalam membuat luka.
Jarak kah sayang? Yang membuat semua ini terjadi? Atau waktukah yang menjadi titik awal permasalahan? Mari kita lawan.
Mari kita putuskan sekat terbesar yang membuat rinduku semakin terkapar.
Tegakah kau membuatku merindu?
Hati kah sayang?
Jawab aku.
Jika memang ada hati lain yang kini kamu jaga selepas kepergianku, maka aku akan disini membeku. Biarkan jarak dan waktu tetap berjalan sebagaimana adanya. Namun tidak dengan hatiku.
Sayang jika hanya dengan jarak dan waktu sosokku pun tergantikan oleh hatimu, biarkanlah aku tetap menatapmu setiap malam dibawah sinarmu yang merona diantara ribuan bintang lainnya.
Biarkan aku disini tetap mendamba kelak sebentar saja mampu kusinggahi hatimu yang tidak pernah sekalipun menjadi milikku.
Nanti, setelah ini berakhir. Mungkin rinduku akan bosan sendirinya ketika disadarinya tidak ada balasan ataupun harapan.
Dia akan mati seiring kau abaikan dan kau pupuskan tiap tunas yang akan tumbuh.
Aku merindu begitu hebat sampai tak kutahu untuk melepaskannya.
Kamu dimana?
Hatiku begitu lelah mencari dan menunggu sosokmu.
Jarak dan waktukah sayang? Atau memang benar hati?
Kini aku berdiri ditepian mencarimu, kamu yang sengaja bersembunyi.
Aku ingin mengertimu.
Memahami posisimu.
Tapi kamu tidak mengijinkan dan mencampakkan aku.
Aku berjuang setengah mati mempertahankan kamu yang menganggapku setengah hati. Tapi tak berbalas membuatku menyadari arti dari kepergianmu.
Sayang bukan jarak dan waktu. Tapi memang kamu yang menginginkan untuk jauh.
Kamu ingin pergi dan membahagiakan hati lain, seperti hatiku dahulu.
Suatu hari nanti, jangan kau merindukan hatiku yang kini luluh lantah merindukanmu. Biarkan hati ini tenang menikmati sisa-sisa kehadiranmu di ruang yang mulai kosong dan lenggang.
Biarkanlah jika kamu memutuskan untuk menjauh dan meninggalkan aku. Jangan kau siksa dengan kehadiranmu yang berniat membuat lukaku semakin lebar.
Aku tahu kamu tidak sejahat itu, kamu hanya tidak bisa mengimbangi rasaku.
Kamu tidak mau mencicipi rinduku yang kubuat penuh untukmu.
Satu kesempatan lagi kulewatkan.
Dan aku masih merindukanmu, bintang.

-mth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar