Bintang,
kuakui senja yang kini kau pilih begitu indah.
Senja
itu mampu mewarnai sore sepimu setiap saat, mampu menghiasi temaramnya harimu
dengan siluet yang berbaur menjadi satu irama.
Bintang,
dia kah senjamu?
Begitu
indah dibandingkan aku.
Kini
langkah kakimu beralun seirama dengan senja, jemarimu beradu berikatan dengan
sore remangnya. Kau bahagia Bintang?
Apalah
aku, bukan siapa bahkan apa.
Bintang,
senjamu yang kau pilih begitu hebat mampu mewarnai hari-harimu kini, bisa
dengan mudahnya duduk dihadapanmu dan menyuapkan makanan untukmu.
Tidak
dengan aku.
Menangiskah
senjamu dulu? Hingga kini kau ulur lagi tanganmu untuk merengkuhnya?
Senja
lah pilihanmu Bintang, kukatakan itu karena kini aku tidak bisa berbuat apa-apa
untuk kembali merengkuhmu.
Bintang,
Aku
ingin tersenyum saat kutahu kau bermandikan cahaya senja dan menari kecil
disetiap sandikalanya. Aku disini tersenyum saat kusadar kau lebih bahagia
dengan senja pilihanmu yang kini selalu ada menemanimu. Aku berusaha lapang
saat kudapati irama langkahmu beriringan berdua saja dengan senja mu, kokohmu
duduk menatap mata sendu senjamu yang merajuk manja.
Maafkan
aku yang diam-diam masih mendapatimu, memikirkanmu, dan menginginkanmu.
Sekali
kau dapati aku menangis, dan kau hanya tersenyum tak peduli.
Bintang,
sesakit itu yang kurasakan.
Secemburu
itu yang kudapati dengan senja.
Senja
yang kamu pilih, Bintang.
Kini
aku sadar seberapa keras aku memperjuangkan kamu, aku kalah dengan jarak dan
waktu.
Senja
yang kini selalu ada bersamamu, meluluhlantahkan aku.
Menghancurkan
kepercayaanku kepadamu.
Memberengus
kecemburuanku yang kian menjadi-jadi.
Dan
katamu, sudahi saja jika aku merasa cemburu.
Bintang,
aku membencimu.
Aku
membenci Bintang yang berjalan berdua dengan senja tanpa peduli bagaimana
perasaanku saat itu.
Dan
aku semakin sakit
Saat
kusadar rinduku kau balas dengan rayuanmu dengan senja indahmu.
Bintang,
senjamu sungguh indah.
Membuatku
malu dan pupus.
Benar
katamu, aku terlalu egois.
Bahkan
takkan mau kuakui aku tidak sebanding dengan senja pilihanmu saat ini.
Aku
tak bernyawa,
aku
rapuh,
dan
kini lebur berantakan.
Bintang,
aku tidak ingin membuatmu terbeban akan rasa cemburuku.
Berbahagialah
dengan senja pilihanmu, berjalanlah berdua menikmati tempat-tempat yang pernah
menjadi kesukaan kita dulu.
Bintang,
berbahagialah.
Berbahagialah
dengan senja jika memang itu pilihanmu.
Aku
tidak ingin lagi menentang dan meminta.
Aku
tahu sekeras apapun kupinta takkan ada peliknya bagimu untuk mengerti dan
pahami.
Kau
akan tetap memilih bahagiamu dengan senja yang kini menggandeng tanganmu setiap
hari.
Aku
tidak menyerah.
Aku
hanya mulai tahu diri.
Aku
tidak berarti apapun bagimu.
Aku
kalah dengan pesona senja.
Bintang,
kau sudah membunuh dengan belati paling sakit dalam hatiku.
Aku
tidak ingin membenci senja, karena nyatanya dialah yang mampu membuat harimu lebih
berwarna saat ini.
Aku
tahu diri.
Bintang,
senjamu indah.
Tidak
sepertiku.
-mth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar